Rabu, 30 September 2009

Kerajinan Dari Plastik

Berbicara tentang kerajinan tangan, kita tentu tidak asing dengan kerajinan dari bahan kulit, plastik, kain, atau bahan alam seperti eceng gondok, rami, dsb. Kalau berkaitan dengan pemanfaatan limbah, kita juga biasa mendengar pemberitaan tentang kerajinan dari bahan limbah plastik multi layer. Tapi kalau tas anyaman dari bahan tas plastik (di daerah saya disebut tas kresek sesuai dengan bunyi yang dihasilkannya ketika dipegang), mungkin belum banyak yang mengetahuinya. Berikut sekelumit kisahnya.

Setiap kita membeli sesuatu di warung, di pasar atau di supermarket sekalipun, hampir selalu diberi tas plastik sebagai wadah. Terbayang betapa banyaknya sampah tas plastik yang dibuang setiap hari. Padahal sebagaimana kita tahu, plastik sulit terurai di alam. Kalau dibakar mengakibatkan polusi dan kabarnya bisa menghasilkan zat dioksin pemicu kanker. Sayangnya selama ini orang tidak terlalu mempedulikan sampah jenis ini.

Untuk menghasilkan kerajinan yang bagus, ternyata tak harus menggunakan bahan-bahan yang berkualitas. Contohnya hasil karya siswa SMK 3 Kimia Madiun ini. Dari tangan-tangan terampil Liani Jumiat Asri, Ria Dwi Santi, Mukti Ary Wibowo, dan Danang Budhi Permana, limbah tas plastik yang sudah tak terpakai bisa disulap menjadi berbagai kerajinan unik dan menarik, mulai dari tas, dompet, bingkai foto, taplak meja bahkan sampai bed cover. “Kalau sudah jadi barang jadi, tak ada yang mengira ini berbahan limbah,” kata Hartoyo, guru pembina keempat siswa tersebut. Karena keterampilan memanfaatkan limbah tersebut, karya mereka mendapat penghargaan Harapan I dalam lomba bertema Perbaikan Lingkungan di Sekolah dan Area Sekitarnya yang diselenggarakan oleh Yayasan Tirai Indonesia dan Auto 2000 dan Pengahargaan dari ajang kompetisi lingkungan di Jakarta oleh Toyota.

Kerajinan mereka memang cukup sederhana. Tas plastik bekas yang sudah tak terpakai dicuci sampai bersih. Selanjutnya, warna dikelompokkan, mulai hitam, putih, merah atau warna lainnya. Lalu, tas plastik tersebut dipotong melintang untuk menghasilkan ukuran lebar 15 cm x 40 cm. “Ukuran memang variatif, tergantung kerajinan apa yang akan dibuat. Kalau akan membuat dompet, ukurannya bisa lebih kecil,” kata Suhartoyo. Setelah dipotong-potong, kemudian ditentukan motif warna kerajinan yang akan dibuat.

Untuk motif dengan nuansa merah dan hitam, lembaran plastik yang dibutuhkan harus merah dan hitam pula. Setelah itu, mulailah lembar satu dengan lainnya dikaitkan dengan cara dianyam. Setelah terikat satu dengan lainnya, masing-masing simpul anyaman berbentuk segi empat. “Menganyamnya juga tidak sulit kok,” tambah Liani, siswa kelas 3. “Setelah jadi lembaran, dibentuk menjadi barang yang diinginkan, entah tas tenteng lengkap dengan tali, dompet, bingkai foto, dan lainnya,” timpal Santi.

Menurut Suhartoyo, selain bahan mudah didapat, cara pembuatannya juga mudah dan tidak njlimet. “Kalau mau meniru kemudian dikembangkan dengan variasi baru yang lebih menarik juga tidak sulit,” terang Suhartoyo yang terinspirasi kursi anyam berbahan plastik.

Pak Suhartoyo, guru pembimbing di SMK tersebut, beserta siswa-siswanya berhasil menemukan teknik pemanfaatan limbah itu. Bahkan beliau tidak keberatan mengungkapkan detil cara pengolahannya.

Berikut langkah-langkah pembuatannya:

1. Tas plastik bekas yang sudah tidak terpakai dikumpulkan lalu dicuci bersih.

2. Kelompokkan plastik-plastik tersebut menurut warnanya, biasanya ada hitam, putih, merah, biru, dsb. (Bisa juga dipisahkan menurut ukuran serta ketebalannya, sehingga bisa lebih seragam – tambahan)

3. Potong melintang dengan ukuran 15 cm x 40 cm. Ukuran ini bisa diatur ssesuai jenis produk yang ingin dihasilkan.

4. Tentukan warna motif yang akan dibuat. Jika menginginkan tas motif merah hitam, maka plastik warna itu saja yang digunakan.

5. Kaitkan potongan-potongan tersebut sehingga membentuk anyaman. Setelah saling terikat lalu disimpulkan membentuk segi empat. Begitu seterusnya sampai membentuk lembaran.

6. Setelah membentuk lembaran, barulah dipotong/dibentuk lagi sesuai keinginan.

Langkah-langkah tersebut hanya teknik dasar saja. Masih perlu proses lebih lanjut untuk bisa menghasilkan produk yang bernilai ekonomi. Ini menuntut kreatifitas dari sang pembuat.

Ada berbagai produk yang sudah dihasilkan oleh para siswa SMK 3 Kimia Madiun, antara lain tas tenteng dengan talinya, dompet, bingkai foto, taplak meja, dll. Pak Suhartoyo sendiri ingin membuat kursi anyam dari bahan ini.

Pembuatan produk kerajinan berbahan tas plastik memang membutuhkan ketekunan dan kreatifitas tersendiri. Tapi dilihat dari segi bahannya yang sangat mudah didapat dan murah, kerajinan dari bahan tas plastik mungkin bisa menjadi salah satu alternatif usaha pemanfaatan limbah. Apalagi saat ini sedang gencar-gencarnya berita tentang kerusakan alam akibat sampah dan polusi. Selain itu, kerajinan berbahan limbah juga sedang menjadi tren tersendiri. Apabila produk yang dihasilkan cukup berkualitas tentu bisa bersaing di pasaran

Suhartoyo mengungkapkan, sebenarnya ide pembuatan kerajinan ini cuma ide awal saja, tapi ia berharap anak didiknya atau orang lain bisa mengembangkan dengan kreasi yang lebih apik. “Kami hanya berusaha memunculkan ide bagaimana agar barang-barang yang tampak tidak berguna di sekitar kita bisa dimanfaatkan.”

Ide kreasi tas ini awalnya bukan semata-mata membuat kerajinan, tapi dia terusik untuk memanfaatkan limbah plastik yang begitu banyak. “Saya pernah menghitung, setiap hari, ibu rumah tangga paling tidak mendapatkan sepuluh tas plastik dari bekas pembungkus kebutuhan rumah tangga,” papar Hartoyo.

Jika ini dibiarkan, lanjutnya, “Tidak baik buat lingkungan, karena sifat plastik tidak mudah terurai.” Di tengah kegundahan itulah, kemudian muncul ide menganyam tas plastik menjadi aneka kerajinan. “Gampang dan cepat. Kalau dikerjakan dengan santai untuk mengisi waktu, paling tidak seminggu dapat satu,” papar Suhartoyo.

Soal, pengembangan bentuk, ia berharap masyarakat bisa mengembangkan yang lebih baik lagi. “Sekarang saya bersama siswa juga berusah mencari ide, bahan apa lagi yang bisa dimanfaatkan untuk kerajinan,” papar Suhartoyo.

Kerajinan Dari Kertas

Seperti yang lalu, di bagian yang ini kita bakalan bahas bikin kerajinan tangan dari hasil daur ulang…Tapi buat yang sekarang kita bakalan lebih spesifik ke daur ulang kertas…

Hmm…Emangnya kenapa kOq daur ulang kertas..???

Nah…Seperti yang kalian tahu, selain plastik kita juga menggunakan kertas dalam jumlah yang besar. Gak usah jauh-jauh.. Klo kita lagi belajar di skul, pasti kita nulis-nulis catetan atOw latian di buku..Isi buku khan dari kertas…

Klo buku dah abiz pasti ditelantarin gitu aja…Xo, pasti banyak kertas yang kebuang sia-sia. Terus koran-koran bekas juga bisa di daur ulang khan kertasnya…Daripada di rombeng, mendingan kalian utak-atik bentar aja dah bisa jadi barang baru yang bermanfaat…

Asal kalian tahu aja ya…^^Anggota Dulink dah praktek bikin daur ulang kertas…Jadi disini kita ga cuma ngomong aja tapi kita dah buktiin klO kertas-kertas itu memang bisa di daur ulang n jadi barang yang bermanfaat…

MangE kertas bisa di daur ulang jadi apa aja sich….???

Banyak banget…ContohE ae kayak brosur-brosur…Khan biasanya kita buang-buang nE…Eits, mulai sekarang kalian jangan maen buang thu brosur…Coz, brosur itu bisa kita lipet-lipet sesuai ketentuan terus kita rangkai jadi vas bunga atOw pun burung angsa…

Klo koran-koran jangan di rombeng dulu…Koran thu bisa kita lipet terus di bikin jadi miniatur becak, sepeda, gerobak, de-el-el…Jadi buang jauh-jauh dech pikiran ngerombeng koran…=p

Nah, klO yang ini niE kita bisa gunain semua jenis kertas… Jadi pertama-tama kita harus jadiin semua kertas-kertas yang udah disiapin jadi bubur kertas…Caranya masukin kertas kedalam air terus ancurin dech thu kertas sampe halus…

Klo ga mau repot-repot kalian bisa gunain blender…Caranya masukin koran-koran yang udah disobek-sobek n sedikit air ke dalem blender terus ya dinyalain dech thu blendernya…

Klo udah nyiapin bubur kertas, sekarang kita bikin lem kanji (tapi jangan tralu kentel nti ga bisa dipake…) Klo semua bahan dah ada, taruh bubur koran ama lem kanji di dalem baskom…Teruz aduk semuanya sampe rata.

Klo dah rata tinggal kamu bentuk dech sesuai yang kamu pinginin…Kamu bisa cetak pake cetakan jelly atOw pun cetakan Hasil Daur Ulangkue kering…Tapi ga nutup kemungkinan buat kamu bentuk sendiri, lhOoW…

Dari bubur kertas ma campuran kanjinya kamu bisa buat gantungan kunci, tempat kartu nama, gantungan HP, magnet kulkas, de-el-el…Kamu juga bisa bikin patung-patung kayak boneka salju n segala sesuatu yang cutE…=)

Tapi jangan lupa…Porsi bubur kertas ma kanji harus seimbang, lhOoW…Klo kebanyakan bubur kertas nti bisa lama keringE…Terus dah lama keringE, nti juga jadiE ga seberapa kuat…

Jangan juga kebanyakan kanji… Nti jadi susah dibentuk gara-gara tralu lembek…Xo, kalian harus pinter-pinter ngatur porsi yang ada…

Sekarang kalian tahu khan kalau kertas bekas thu banyak manfaatnya…Xo, mulai dari sekarang ga bakalan nelantarin kertas-kertas bekas lagi khan…??? Daripada menuh-menuhin tong sampah, mendingan di buat jadi barang yang lebih berguna dech…

Lagipula klO kalian bikin kerajinan tangan, kalian bisa skalian isi waktu… Dah dapet barang-barang unik terus waktu ga kebuang sia-sia pula…Ga cuma thu, klO kita bikin kerajinan tangan, kreativitas kita bisa di uji thu…

Wah…banyak banget ya keuntungan yang kita dapet dari mendaur ulang barang-barang bekas…Xo, tunggu apa lagi…??? Ga da ruginya khan ngurangin sampah kertas di lingkungan kita…???

Meskipun klO dipikir-pikir sampah kertas yang bakalan kita olah ga ada apa-apanya dibandingnO sampah yang kita buang sehari-hari, tapi kita khan seenggaknya dah berusaha…Mungkin bagi orang thu kerjaan ga penting…Tapi kita pasti dapet kepuasan tersendiri dari hasil kerja kita…Selamet nyoba….^^

Minyak Jarak Pengganti Minyak Solar

Sejak krisis bahan bakar kita rasakan, muncul berbagai pemikiran untuk mengembangkan sumber energi alternatif. Salah satunya adalah pemanfaatan tanaman Jatropha Curcas Linneaus dikenal sebagai Jarak pagar. Dr.Ir. Robert Manurung, M.Eng, pengajar di Jurusan Kimia Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), setidaknya bersama timnya sudah melakukan penelitian itu sekitar tahun 2002 lalu. Energi terbarukan yang ramah lingkungan ini juga dapat meningkatkan pendapatan petani miskin. Potensi lain adalah ekspor karena tekanan pada negara-negara industri maju untuk lebih berperan menurunkan emisi gas rumah kaca.

Manurung bersama Eiichi Nagayama dan Masanori Kobayashi dari New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), lembaga di bawah Pemerintahan Jepang, melakukan penelitian sumber energi baru tersebut. Kegunaannya, antara lain untuk memenuhi kesepakatan Protokol Kyoto dalam menurunkan emisi buangan bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan efek rumah kaca. Penelitian yang dikerjakan bersama ITB-Mitsubishi Research Institute (MIRI) ini dibiayai oleh NEDO.

Jepang sudah menggunakan minyak Jarak sejak Perang Dunia II sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Ketika itu, banyak kapal laut logistik Jepang yang dikaramkan armada perang Amerika Serikat sehingga minyak Jarak dilirik sebagai alternatif lain. BBM tersebut digunakan untuk tank dan pesawat tempur milik Jepang. Bahkan di India, minyak Jarak ini telah diadopsi sebagai minyak bakar mesin kereta api, mereka telah menanam Jarak sepanjang bantaran rel kereta api sepanjang 24.000 km.

Dalam bidang farmasi dikenal pula sebagai minyak Kastroli. Minyak ini serbaguna dan memiliki karakter yang khas secara fisik. Pada suhu ruang, minyak Jarak berfasa cair dan tetap stabil pada suhu rendah maupun suhu sangat tinggi. Minyak Jarak diproduksi secara alamai dan merupakan trigliserida yang mengandung 90 persen asam ricinoleat. Minyak Jarak juga merupakan sumber asam sebasat, suatu asam dikarboksilat.

Pemanfaatan minyak Jarak dan turunannya (derivat) sangat luas dalam berbagai industri, seperti : sabun, pelumas, minyak rem dan hidrolik, cat, pewarna, plastik tahan dingin, pelindung (coating), tinta, malam (lilin) dan semir, nilon, bidang farmasi (1 persen dari total produksi dunia), dan parfum.

Beracun
Racun ricin merupakan produk sampingan dari proses pengolahan minyak Jarak. Sebagai bahan farmasi, minyak Jarak digunakan untuk menetralisasi rasa kembung (konstipasi) dan merangsang pemuntahan. Konsumsi tinggi (di bawah dosis lethal) minyak ini pada perempuan yang siap melahirkan dapat menginduksi persalinan.

Tanaman semak ini dapat tumbuh cepat, bisa mencapai tinggi 3-5 meter, tahan kekeringan, dan dapat tumbuh di tempat bercurah hujan 200 hingga 1.500 milimeter per tahun. Selain bisa mencapai umur 50 tahun, jarak pagar hampir tidak memiliki hama karena sebagian besar bagian tubuhnya beracun. Jarak pagar mulai berbuah setelah berusia lima bulan dan mencapai produktivitas penuh pada usia lima tahun. Buahnya elips sepanjang satu inci, memiliki dua hingga tiga biji.

Tanaman ini ternyata sangat efektif jika buah atau bijinya dikembangkan menjadi biodiesel sebagai energi alternatif pengganti minyak diesel (solar), minyak bakar, bahkan minyak tanah (kerosin). Biji, daging buah, dan cangkang bisa digunakan sebagai bahan bakar. Selain itu, bagian-bagian tubuh Jarak bisa digunakan untuk insektisida, pupuk, dan biogas.

“Kita bisa menghemat devisa sangat banyak dengan mengganti 2,5 miliar liter per tahun solar yang digunakan Perusahaan Listrik Negara, untuk pembangkit listrik di luar Jawa dengan minyak Jarak”, papar Manurung.

Keuntungan lain, minyak Jarak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama di daerah dengan sumber alam marjinal. Jika tiap petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2.500 pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar.

Dalam membangkitkan listrik juga tidak diperlukan generator (genset) baru karena minyak Jarak bisa langsung digunakan pada genset yang ada (genset yang menggunakan solar). Dari sisi lingkungan, minyak ini juga rendah kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx), dan karbon, selain bisa dipakai untuk tanaman penghijauan dan reboisasi. Karena itu, Manurung yakin penanaman satu juta hektar Jatropha pada tanah marjinal akan menghasilkan 4,3 miliar liter minyak Jarak per tahun.

Pemanasan Global

Pemanasan global (global warming)
Sumber utama dari pemanasan global adalah perubahan iklim akibat dari efek rumah kaca (green house gases). Istilah ini dikenalkan pertama kali oleh Baron Jean Baptiste Fourier (1820), ahli matematika Perancis. Efek rumah kaca (green house effect) adalah proses dimana atmosfer bumi menangkap energi matahari yang menghangatkan bumi dan mendukung kehidupan diatasnya yang kini banyak mengalami penyimpangan.

Efek rumah kaca terbentuk dari gas rumah kaca yang terdiri atas karbon dioksida dan metana. Karbon dioksida adalah gas yang terbentuk secara alamiah, namun gas tersebut juga dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil seperti pada kendaraan bermotor, perubahan penggunaan lahan serta proses industri.

Sementara itu, metana adalah gas yang dihasilkan antara lain oleh tumpukan sampah. Dengan demikian, tindakan membuang sampah sembarangan serta pengelolaan sampah yang kurang baik turut berkontribusi terhadap meningkatnya gas rumah kaca.

Atmosfer bumi yang mengandung gas rumah kaca, memiliki kemampuan menangkap sinar inframerah matahari yang dipantulkan bumi. Semakin besar jumlah gas rumah kaca dalam atmosfer, maka temperatur bumi pun semakin panas. Hal inilah yang menyebabkan perubahan iklim bumi yang mendatangkan pemanasan global.

Sebagai contoh adalah penggunaan sumber energi secara berlebihan termasuk minyak bumi, penebangan hutan secara besar-besaran, polusi dari industri dan kendaran bermotor, sampah yang tidak dapat atau sukar terurai, berkurangnya air tanah, yang notabene dapat merusak lingkungan secara langsung dan dalam jangka panjang mempunyai dampak negatif yang besar dan merupakan salah satu sumber perusakan iklim bumi.

Peningkatan suhu permukaan bumi secara drastis dalam beberapa tahun terakhir, mencairnya permukaan es di kutub yang menyebabkan naiknya permukaan air laut, diduga kuat berhubungan langsung dengan perubahan iklim yang terjadi serta berbagai bencana alam di segala penjuru dunia.

Dengan demikian perlu untuk diketahui bahwa pada saat ini, betapa dunia sedang kritis akibat isu lingkungan. Sebaiknya pada saat ini seluruh komponen masyarakat mulai menyosialisasikan tentang masalah tersebut dan mulai memerangi efek pemanasan global atau menumbuhkan perasaan untuk mencintai lingkungan hidup.

Pembahasan peneliti mengacu pada bagaimana kuatnya pengaruh media televisi terhadap masyarakat Indonesia dan bagaimana persepsi masyarakat terhadap tayangan tentang lingkungan hidup. Diantara membombardirnya tayangan televisi yang terkesan sarat hiburan dan tidak edukatif, seharusnya terselip pesan-pesan untuk memelihara lingkungan.

Kuatnya pengaruh tayangan televisi terhadap masyarakat akan menuai dampak yang positif pula bila televisi menyajikan program-program acara mengenai lingkungan hidup. Masyarakat dari berbagai lapisan pun secara bertahap diharapkan akan menyadari masalah lingkungan yang sedang terjadi pada saat ini.

Polusi Udara

Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta, telah sangat memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala risikonya telah dipublikasikan, termasuk risiko kanker darah. Namun, jarang disadari, entah berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru akibat polusi udara kota.

Diperkirakan, dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru dan saluran pernapasan dengan sangat bermakna. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit di berbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru (kompas.com).

Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70 persen. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15 persen, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain (kompas.com).

Buruknya udara Jakarta terutama karena transportasi, diikuti industri, pemukiman, dan sampah. Data Bapedal (1992) menyebutkan, knalpot menyumbang 44% debu, 87,56% hidrokarbon (HC), 97,40% timah hitam (Pb), 73,21% NOx, dan 97,68% CO. Polutan asap industri SO2 sebesar 63%, partikel dari asap pembakaran sampah sebesar 41% (www.indomedia.com). Semua komposisi udara tersebut merupakan salah satu pemicu pemanasan global.

Tentang Pemanasan Global

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Penanggulan Pemanasan Global

Usaha penanggulangannya

Kondisi di atas mulai direspon oleh para pemimpin dunia terutama di kawasan Asia Timur dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur di Singapura menjadikan isue pemanasan global sebagai pembahasan utama. Para pemimpin Asia Timur yang terdiri dari 10 negara ASEAN ditambah China, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, dan Selandia Baru itu menandatangani “Deklarasi Singapura untuk Perubahan Iklim”. Deklarasi itu intinya menyerukan kepada 16 negara untuk berperan aktif mewujudkan cetak biru lingkungan yang baru, menggantikan Protokol Kyoto yang akan habis masa berlakunya tahun 2012.

Protokol Kyoto menetapkan target batasan emisi bagi negara-negara maju. Namun, negara adidaya seperti AS serta Australia menolak meratifikasinya dengan alasan, India dan China yang tercatat sebagai kontributor polusi terbesar di dunia tidak dikenai target itu hanya karena keduanya digolongkan sebagai “negara berkembang”. (Kompas, Kamis 22 November 2007).

Memang, saat ini dunia terbagi menjadi negara maju dan berkembang, namun dari sisi upaya untuk mengatasi pemanasan global ini harus melibatkan semua negara. Sungguh akan sia-sia ketika hanya sebagian negara yang mau untuk mengurangi emisi karbon, namun sebagian negara lain terus menerus menambah emisi tersebut, pasti hasilnya tetap nol besar.

Sungguh sangat disayangkan, mengapa kesadaran untuk mengurangi emisi karbon di negara maju masih rendah bahkan ada yang enggan meratifikasi protokol Kyoto ? Menjadi tanda tanya besar, apa sebenarnya yang mereka inginkan ? Belum cukupkah berbagai bencana alam yang terjadi saat ini menyadarkan mereka ?

Kalau kita perhatikan Indonesia melalui presiden SBY, mulai membangun kesadaran di tengah masyarakat pentingnya menanam pohon sebagai salah satu upaya mengurangi emisi karbon. Namun pertanyaannya, cukupkah hanya sekedar menanam pohon ????

Dampak Pemanasan Terhadap Kesehatan

Pemanasan global (Global Warming) memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pada bidang kesehatan.

Dampak Pemanasan Global terhadap Kesehatan

Pada gambar di atas, kita dapat melihat bagaimana pemanasan global akan mempengaruhi perubahan lingkungan seperti: perubahan cuaca dan lautan, pergeseran ekosistem dan degradasi lingkungan.

Perubahan cuaca dan lautan dapat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.

Degradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Demikian besar pengaruh pemanasan global terhadap kesehatan kita. Masihkah kita menutup mata terhadap semua ancaman ini? Lets take action now!

Be Healthy, Be Happy!

Langkah Kecil Mencegah Bahaya Besar Pemanasan Global

“Pengaruh Pemanasan Global terhadap Kesehatan“. WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan dunia mengangkat isu ini menjadi tema dari Hari Kesehatan Sedunia (HKS) tahun 2008, yaitu Protecting Health from Climate Change atau Melindungi Kesehatan dari Perubahan Iklim. Sebenarnya masalah kesehatan merupakan masalah ‘hilir’ dari pemanasan global (Global Warming) dan perubahan iklim (Climate Change). Hulu permasalahannya ada pada bidang lain yang lebih dulu merasakan dampaknya. Dokter dan tenaga medis lainnya menjadi ‘tukang cuci piring‘ jika hanya mengobati saja. Karena itu, yang jauh lebih penting adalah upaya adaptasi terhadap perubahan iklim yang telah terjadi dan upaya untuk mengurangi dampak buruk dengan berbagai langkah pencegahan.

Berbicara tentang langkah-langkah pencegahan, banyak yang berkomentar kalau merasa diri belum siap. Belum siap untuk menggunakan mobil hybrid, belum siap untuk tidak menggunakan AC, belum siap untuk tidak menggunakan komputer lama-lama. Padahal hal tersebut hanya beberapa dari berbagai langkah untuk mencegah pemanasan global. Masih banyak cara lainnya. Wiellyam menyebutkan 3M pada postinganku sebelumnya: Mulai dari hal kecil, Mulai dari diri sendiri dan Mulai dari sekarang.

Ada sebuah persepsi yang menurut saya agak keliru, upaya mencegah pemanasan global sering diidentikkan dengan kembali ke jaman batu. Tidak menggunakan pesawat terbang ketika berpergian, tidak menggunakan komputer, tidak menggunakan kendaraan bermotor dan masih banyak lagi tidak-tidak yang lain. Memang itu penting dalam mencegah pemanasan global, tetapi menurut saya jangan sampai upaya kita untuk peduli pemanasan global membuat kita tidak produktif dalam bekerja. Hiduplah sewajarnya. Jika memang dirasa perlu berpergian menggunakan pesawat terbang, ya gunakanlah. Jika memang perlu menggunakan komputer, ya gunakanlah. Upaya peduli bisa kita tunjukkan dari penggunaan yang ’sewajarnya’. Jika tidak digunakan harap dimatikan.

One Small Step is a Big Leap
Beberapa bulan yang lalu ketika di Bali terjadi krisis energi listrik, PLN menghimbau untuk mematikan sebuah lampu 5 watt yang biasa dihidupkan pada malam hari antara pukul 19.00-21.00 WITA, karena pada jam-jam tersebut sedang terjadi beban puncak pemakaian listrik. Terdengar kecil kan? Hanya sebuah lampu 5 watt. Namun bila seluruh Bali mau peduli untuk mematikan lampu 5 watt yang biasa dihidupkan tersebut, maka krisis energi listrik dapat teratasi. One small step is a big leap, satu langkah kecil yang dilakukan sejak dini adalah lompatan besar di masa yang akan datang. Jangan ragu untuk berbuat hal kecil demi kebaikan di masa depan. Begitulah harapan untuk menggugah setiap orang untuk bisa ikut andil dalam usaha peduli Global Warming.

Sebagai penutup, saya melampirkan sebuah gambar ‘coret-coret’ yang diambil dari learningfundamentals.com.a
u. Silakan klik pada gambar untuk memperbesar tampilan. Ayo berbuat sesuatu untuk menyelamatkan bumi kita. Lets Fight Global Warming!

Mencegah Pemanasan Global (Global Warming)